Imam Bukhari dan kedudukan kitab shahihnya
A.Nasab
Kebanyakan orang memang hanya mengenal nama Bukhari saja. Nama beliau cukup singkat; Muhammad. Mungkin seperti asing hari ini di Indonesia, karena di Indonesia nama itu biasanya 2 suku kata atau bahkan 3 sampai 4 suku kata.
Beliau ber-kunyah Abu Abdillah, atau bapak dari Abdullah. Jadi nama beliau secara lengkap adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Barduzbah Al-Ju’fi Al-Bukhari..Barduzbah ini bahasa Bukhara yang artinya petani.
Beliau lahir pada hari Jum’at 13 Syawal 194 H atau bertepatan pada tanggal 21 Juli 810 M di kota Bukhara. Bukhoro atau Buxoro adalah suatu kota di Negara Uzbekistan hari ini. Maka beliau terkenal dengan nama al-Bukhari, karena lahir di Bukhara atau Buxoro.
Kakek buyutnya yang bernama Barduzbah dulu beragama Majusi. Lalu putranya yang bernama Al-Mughirah memeluk Islam di bawah bimbingan Yaman Al-Ju’fi; seorang Gubernur Bukhara kala itu Sehingga dia dipanggil Mughirah Al-Ju’fi.
B.Kehidupan
Ketika Al-Bukhari masih kecil ayahnya meninggal, sehingga ibunya merawat dan mendidiknya seorang diri. Biaya pendidikannya itu didapat dari harta peninggalan ayahnya.
Ismail; ayah dari Bukhari ini tampaknya memang dari awal suka dan cenderung kepada Hadis Nabawi.Ketika pergi haji pada tahun 179 H, atau 15 tahun sebelum Bukhari lahir, beliau menyempatkan diri menemui tokoh-tokoh ahli hadis seperti Imam Malik bin Anas (w. 179 H), Abdullah bin Al-Mubarak (w. 181 H), Abu Mu’awiyah bin Shalih, dan lain-lain.
Muhammad bin Ismail Al-Bukhari berkata:
Bukhari berkata: (Bapakku) mendengar (hadits) dari Malik bin Anas (w. 179 H), melihat Hammad bin Zaid (w. 179 H) dan bermushafahah dengan Ibnu al-Mubarak (w. 181 H) dengan kedua tangannya.
Yatim dan buta ketika kecil
Tidak berselang lama Ismail wafat ketika Muhammad masih kanak-kanak. Sebuah perpustakaan pribadi ditinggalkannya untuk Muhammad di samping semangat untuk mengaji hadis.
Dalam keadaan yatim, Muhammad lalu diasuh oleh ibundanya dengan kasih sayang. Dibimbingnya untuk mencintai buku-buku peninggalan ayahnya. Bersama-sama kawan sebayanya Muhammad belajar membaca, menulis, Al-Quran dan Hadis.
Muhammad bin Ismail ini ketika kecil mengalami rasa sakit yang teramat di kedua matanya, hingga akhirnya mengalami kebutaan (Adz-Dzahabi: Siyar A’lam an-Nubala’, 1405 H.
Keadaan tersebut terus menerus ia alami hingga suatu ketika Allah Swt. mengembalikan penglihatannya berkat usaha dan doa yang ditekuni oleh ibunya. Allah Swt. Benar-benar memberikan kesembuhan kepada Imam Bukhari.
Suatu malam, ibunda Imam Bukhari tertidur, dan ia bermimpi melihat Nabi Ibrahim As. Dalam mimpinya Nabi Ibrahim berkata; “Wahai perempuan, sungguh Allah Swt. Telah mengembalikan penglihatan putramu, karena banyaknya tangismu, atau banyaknya doa yang kamu panjatkan (Adz-Dzahabi: 1405 H).
C.Rihlah ilmiah
Bukhari mulai belajar hadis saat masih muda, bahkan masih kurang dari 10 tahun. Ketika Bukhari berusia 10 tahun inilah Imam as-Syafi’i di Mesir itu meninggal, tepatnya pada tahun 204 H. Maka praktis Bukhari tak pernah bertemu dengan Imam as-Syafi’i.
Muhammad bin Ismail berkata:
Saya mendapatkan ilham untuk mudah menghafal hadits, saat itu saat masih di Kuttab (tempat belajar baca tulis), saat usia 10 tahun atau kurang.
Pada awalnya, Imam al-Bukhari menuntut ilmu dan menyimak hadis hanya sebatas dari para penduduk negerinya saja. Namun beliau merasa tidak puas dan memiliki keinginan untuk mengadakan perjalanan dalam rangka menuntut ilmu. Perjalanan yang pertama kali beliau tempuh ialah perjalanan ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji bersama ibu dan saudaranya. Ketika ibu dan saudaranya pulang, Imam al-Bukhari tetap bertahan di Mekah untuk meneruskan mendalami hadits bersama para ulama yang ada di sana. Imam al-Bukhari mempelajari hadits dari para ulama di berbagai negeri, di antaranya Khurasan, Irak, Mesir, Mekah, Asqalan dan Syam.
Beliau memulai perjalanannya dari kota kelahirannya yaitu di Bukhara ke Balakh untuk menemui dan berguru kepada para ulama dengan menempuh perjalanan sekitar 600 km, kemudian dari Balakh beliau meneruskan perjalanan ke Maru dengan menempuh perjalanan sekitar 800 km. dari Maru ke Naisabur sekitar 140 km, dari Naisabur ke Ray sekitar 760 km, dari Ray ke Wasith sekitar 985 km, dari Wasith ke Basrah sekitar 365 km, dari Basrah ke Kufah sekitar 390 km, dari Kufah ke Baghdad sekitar 164 km, dari Baghdad ke Madinah sekitar 1.530 km, dari Madinah ke Mekah sekitar 130 km, dari Mekah ke Jeddah sekitar 70 km, dari Jeddah ke Bahrain sekitar 130 km, dari Bahrain ke Fustat sekitar 1080 km, dari Fustat ke `Asqaland sekitar 500 km, dari Asqalan ke Qaisarah sekitar 118 km, dari Qaisarah ke Damaskus sekitar 400 km, dari Damaskus ke Baghdad sekitar 915 dan kemudian beliau kembali lagi ke tempat kelahirannya yaitu Bukhara.
Seluruh perjalanan yang beliau tempuh dalam mencari hadis dari Bukhara sampai kembali ke Bukhara ini diperkirakan mencapai 14.000 km. Dari hasil perjalanan inilah beliau berhasil mengumpulkan sekitar 600.000 hadis dari sekitar 1.000 orang guru yang berada di berbagai negeri. Karena daya ingat beliau yang sangat tajam dan juga kuat yang membuat beliau mampu untuk mengumpulkan 600.000 hadis tersebut.
D.Para guru imam Bukhari
Imam Bukhari belajar kepada banyak guru yang ia temui di sejumlah negara. Para ulama menuliskannya dalam kitab-kitab yang menjelaskan biografi Bukhari. Sebelum berkelana ke sejumlah negeri, ia sudah menimba ilmu ke beberapa ulama seperti Abdullah bin Muhammad bin Abdullah bin Ja’ar bin al-Yaman, Muhammad bin Salam, dan banyak ulama lainnya. Berikut adalah sebagian dari guru-guru Bukhari dari berbagai negeri.
Dari Balkh, Afganistan ada Makki bin Ibrahim; dari Marwaz, Khurasan ada ‘Abdan bin ‘Utsman, Ali bin Husain asy-Syaqiq, dan lainnya; dari Ray, Teheran, Iran ada Ibrahim bin Musa; dari Naisabur, Khurasan ada Yahya bin Yahya dan sejumlah ulama lainnya; dari Baghdad ada Muhammad bi Isa ath-Tabba’, Suraij bin Nu’man, Affan, dan Muhammad bin Sabiq; dari Bashrah ada Abi ‘Ashim an-Nabil, al-Anshari, dan Muhammad bin ‘Ar’arah.
Berikutnya, dari Makkah ada Abu Abdirrahman al-Muqri, Khallad bin Yahya, al-Humaidi, dan lainnya; dari Madinah ada ‘Abdul ‘Aziz al-Ausi, Ayyub bin Sulaiman bin Bilal, Ismail bin Abi Uwais, dan lainnya; dari Mesir ada Sa’id bin Abi Maryam, Ahmad bin Isykab, ‘Abudl Aziz bin Yusuf, Ashbagh, dan lainnya; dari Syam (Siria) ada Abul Yaman, Muhammad bin Yusuf al-Firyani, dan lain sebagainya.
D.Para murid imam Bukhari
Kualifikasi intelektual Imam Bukhari juga dibuktikan dengan keberhasilannya dalam mencetak ulama-ulama pada zamannya. Berikut adalah beberapa murid hasil didikannya.
Abu ‘Isa at-Tirmizdi, Abu Hatim, Ibrahim bin Ishaq al-Harbi, Abu Bakar bin Abi Dunia, Abu Bakar Ahmad bin ‘Amr bin Abi ‘Ashim, Shalih bin Muhammad Juzrah, Muhammad bin Abdullah al-Khadiri, Ibrahim bin Ma’qil an-Nasafi, Abdullah bin Najiyah, Abu Bakar Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah, Amr bin Muhammad bin Bujair, Abu Kuraib, Muhammad Muhammad bin Jumu’ah.
Kemudian, Yahya bin Muhammad bin Sha’id, Muhammad bin Yusuf al-Farabri, Abu Bakar bin Abi Dawud, Abdullah bin Muhammad bin al-Asyqar, Muhammad bin Salman bin Faris, Muhammad bin ‘Ambar an-Nasafi, dan sejumlah murid lainnya. (Abu Bakar al-Kafi, Manhajul Imam Bukhari, tanpa tahun: 43-47).
E.Buah karya ImamBukhari
Karya Imam Bukhari antara lain:
Al-Jami’ ash-Shahih yang dikenal sebagai Shahih Bukhari
Al-Adab al-Mufrad
Adh-Dhu’afa ash-Shaghir
At-Tarikh ash-Shaghir
At-Tarikh al-Ausath[4]
At-Tarikh al-Kabir
At-Tafsir al-Kabir
Al-Musnad al-Kabir
Kazaya Shahabah wa Tabi’in
Kitab al-Ilal
Raf’ul Yadain fi ash-Shalah
Birr al-Walidain
Kitab ad-Du’afa
Asami ash-Shahabah
Al-Hibah
Khalq Af’al al-Ibad[5]
Al-Kuno
Al-Qira’ah Khalf al-Imam.
F.Shahih Bukhari
Dalam menyelesaikan kitab Shahih Bukhari, Muhammad bin Ismail menjalani beberapa tahap Pengumpulan, penyusunan bab, dan seleksi riwayat.
Nama lengkap kitab Bukhari adalah al-Jami’ al-Shahih al-Musnad al-Mukhtashar min Umur Rasulillah SAW wa Sunnatihi wa Ayyamihi.
Kata al-Jami’ dalam ilmu hadits mengandung pengertian bahwa kitab tersebut menghimpun hadits dari berbagai bidang, seperti aqidah, hukum, tafsir, tarikh dan sebagainya. Dalam kitab al-Jami’ al-Shahih, Bukhari memasukkan semua hadits shahih yang berkaitan dengan al-Ahkam, al-Fadha’il, al-Akhbar masa lalu dan masa yang akan datang dan sebagainya.
Sedangkan kata al-Shahih mengandung maksud bahwa Bukhari tidak memasukkan hadits-hadits dha’if kecuali hadits shahih. Bahkan ia menegaskan dengan pernyataan “Ma Adkhaltu fi al-Jami’ Illa Ma Shahha”.
Adapun yang dimaksud dengan al-Musnad dalam penamaan kitab tersebut adalah bahwa Bukhari tidak memasukkan ke dalam kitabnya selain dari hadits yang sanadnya bersambung (muttashil) melalui sahabat sampai ke Rasulullah SAW, baik perkataan, perbuatan maupun taqrir. Sedangkan selain itu ia jadikan sebagai pendukung (mutabi’) dan pembanding, bukan prinsip (ashl) dan tujuan utama.
Dengan demikian, menurut penilaian Bukhari, hadits-hadits yang terdapat pada al-Jami’ al-Shahih adalah muttashil kepada Nabi SAW , dan karenanya dapat dipertanggungjawabkan otensitasnya.
Kitab ini mulai ditulis ketika Bukhari berada di Masjid al-Haram Makkah, dan berakhir ketika ia berada di Masjid Nabawi Madinah.Proses penulisan kitab ini memakan waktu 16 tahun.
Mandi dan shalat setiap menulis
Untuk setiap hadits yang beliau seleksi dan masukkan ke dalam kitab shahihnya, Imam Bukhari selalu mandi dan berwudlu kemudian melakukan shalat nafilah dan beristikharah.
Hal tersebut dilakukan sebagai tindakan kehati-hatian dan untuk memperoleh pertolongan Allah, karena obsesi Bukhari terhadap kitabnya sebagai hujjah antara dirinya dengan Allah ﷻ. Sebagaimana dikutip ‘Ajjaj al-Khathib, Bukhari mengatakan: Ja’altuhu Hujjatan Baini wa Bainallah.
Jumlah hadits
Kitab al-Jami’ al-Shahih merupakan kitab pertama yang hanya menghimpun hadits-hadits shahih saja. Di dalam kitab ini, menurut sebuah pendapat, terdapat 9.082 buah hadits, disertai pengulangan, yang terseleksi dari sekitar 600.000an hadits.
Adapun jika tidak diulang, menurut Ibn Hajar al-‘Asqalani, sebagaimana dikutip oleh Abu Syu’bah, jumlah keseluruhannya sebanyak 2.602 hadits.
Muhammad Shadiq Najmi menyebutkan bahwa dalam kitab al-Jami’ terdapat 7.275 hadits disertai pengulangan, dan jika tanpa pengulangan jumlah keseluruhan haditsnya adalah 4.000 hadits
Menurut Muhibbudin al-Khathib, sebagaimana dikutip Muhammad ‘Ajjaj al-Khathib, perhitungan paling akurat terhadap hadits Shahih Bukhari adalah sebagaimana yang dilakukan oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi. Menurutnya, jumlah hadits dalam Shahih Bukhari disertai pengulangan sebanyak 7.563, selain ta’liq, muttabi’, mauquf dan munqathi’. Sedangkan jika tanpa pengulangan jumlah keseluruhan haditsnya sebanyak 2.607 buah hadits.
G.Pujian para ulama kepada beliau dan kitabnya
1.Nu’aim bin Hammad al-Khuza’i rahimahullah (wafat th. 229 H) berkata, “Muhammad bin Ismâ’îl (al-Bukhâri) adalah orang yang faqih (faham ilmu agama) dari umat ini. ( Siyar A’lâmin Nubalâ ‘ , XII /419).
2.Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah (wafat th. 241 H) berkata, “Belum pernah ada di Khurasan orang yang melahirkan anak seperti Muhammad bin Ismâ’îl al-Bukhâ ( Siyar A’l â min Nubal â ‘, XII/419)
3.Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalâni rahimahullah (wafat th. 852 H) berkata dalam awal muqaddimahnya di Fat-hul B â ri , “Sungguh aku telah melihat bahwa Abu ‘Abdillah al-Bukhâri dalam J â mi’ Shah î h nya telah mengambil penetapan dan pengambilan hukum dari cahaya yang indah –yakni al-Qur-an dan as-Sunnah-, mengambil dan menukil dari sumbernya, dan beliau dikaruniai niat yang baik dalam mengumpulkan hadits-hadits, sehingga orang-orang yang menyelisihi dan menyetujui mengakuinya , juga menerima pembicaraannya dalam Shahîhnya…” ( Muqaddimah Fathul Bâri, 3).
4.Al-Hâfizh Ibnu Katsir rahimahullah (wafat th. 774 H) berkata, “Para Ulama telah bersepakat bertahan –yakni Shahîh al-Bukhâri- dan keshahihan semua yang ada di dalamnya, begitu juga semua ummat Islam.” ( al-Bid â yah wan Nih â yah (XI/250, Cet. II, th. 1431 H, Daar Ibnu Katsir).
H.Wafat imam Bukhari
Beliau pindah dari Kota Naisabur, menuju ke Samarkand, tepatnya di Desa Khartank sekitar 2 farsakh atau sekitar 12 km dari Samarkand. Disana ada saudara dari Muhammad bin Ismail al-Bukhari.
Beliau merasa, cobaan ini sungguh berat. Sampai akhirnya beliau jatuh sakit. Sehingga suatu malam, beliau berdoa kepada Allah :”Ya Allah, sesungguhnya telah sempit bagiku dunia yang sebenarnya luas. Maka ambillah nyawaku”.
Beliau wafat pada malam sabtu, bertepatan dengan malam Idul Fitri. Beliau dikebumikan setelah shalat dzuhur pada tahun 256 Hijriah di desa Khartank yang terletak dekat dengan Samarkand, hari ini lebih dikenal dengan Uzbekistan. Umur beliau 62 tahun kurang 13 hari.
I.Referensi
Syamsuddin ad-Dzahabi (w. 748 H), Tadzkirat al-Huffadz, (Baerut: Dar al-Kutub, 1419 H), juz 2, hal. 104.
Syamsuddin ad-Dzahabi (w. 748 H), Siyar A’lam an-Nubala’, (Kairo: Dar al-Hadits, 1427 H), juz 10, hal. 79
Muhammad bin Ismail al-Bukhâri, Mukaddimah Al-Jâmi’ as-Shahih, (Beirut; Dar al Kutub al Ilmiyah, 2004), hal. 3
Ibn shalah, Muqaddimah Ibn Shalah, (Mesir: ttp., 1326 H), hal. 4
Muhammad ‘Ajjaj al-Khathib, Ushul al-Hadits ‘Ulumuhu wa Mushthalahuhu, (Beirut: Dar al-Fikr, 1989, 1989), hal. 312
https://id.m.wikipedia.org/
https://almanhaj.or.id/
https://majalahnabawi.com/
https://www-nu-or-id.cdn.ampproject.org/v/s/
www.nu.or.id/